Lompat ke isi utama

Berita

Panwaslu Badung Gelar Sosialisasi Pengawasan Pemilu

Panwaslu Badung Gelar Sosialisasi Pengawasan Pemilu

(15/12/2017) Panwaslu Kabupaten Badung kembali menggelar Sosialisasi Pengawasan Pemilu guna menggugah partisipasi warga masyarakat untuk turut terlibat dan berperan aktif dalam pengawasan Pemilihan Gubernur Bali 2018 dan Pemilu 2019. Acara ini diselenggarakan di lantai 2 Hotel Made Bali pada hari Jumat, 15 Desember lalu yang berlangsung pada pukul 09.00-12.00 Wita. Anggota Bawaslu Bali sekaligus Koordinator Divisi Pencegahan dan Hubungan Antar Lembaga, Bapak I Wayan Widyardana Putra, SE hadir menjadi narasumber utama.

Peserta sosialisasi terbanyak berasal dari perwakilan PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) Kecamatan Petang dan Mengwi, dan perwakilan RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) Badung, Polres Badung, Polresta Denpasar, serta sejumlah awak media kemudian melengkapinya. Sasaran utama sosialisasi kali ini adalah kaum hawa dimana masih dipandang sangat perlu untuk diberikan pemahaman awal dan pengetahuan dasar tentang Pemilihan dan pengawasannya. Jumlah pemilih perempuan di Indonesia berimbang dengan pemilih lelaki. Bahkan data KPU pada Pilkada tahun 2015 di Bali dan Kabupaten Badung khususnya, menunjukkan angka hampir 51% pemilih adalah perempuan. Paslon yang mampu menggaet minat kaum hawa secara tidak langsung berpotensi mengantongi separuh kemenangan. Lumbung suara besar ini sayangnya belum berimbang dengan jumlah keterwakilan dan keaktifan kaum perempuan di berbagai bidang.

Materi-materi ringan dan sederhana namun menggugah disampaikan oleh para pembicara. Bahwa hampir setiap aspek kehidupan saat ini tidak terlepas dari politik. Kebutuhan pokok, transportasi, kesehatan, pendidikan, perumahan, dan sebagainya lahir dari keputusan atau kebijakan politik yang berdampak luas ke masyarakat. Memilih pemimpin dan mengawasi jalannya proses Pemilihan tersebut menjadi tanggung jawab besar, tidak hanya bagi penyelenggara pemilihan namun juga bagi seluruh elemen masyarakat, khususnya pemilih perempuan. Banyak stigma tentang perempuan menjadi faktor penghambat untuk mereka bisa turut berpartisipasi secara aktif dalam proses pemilihan dan percaturan politik. Berperan serta dalam politik bukan berarti dengan menjadi anggota partai politik namun turut mengawasi proses Pemilihan sudah merupakan sumbangsih besar masyarakat dalam politik.

Sosialisasi pengawasan Pemilihan khusus bagi kaum wanita seperti ini masih sangat perlu untuk terus dilakukan secara rutin dan masif. Masih banyak peserta yang belum paham tentang apa, mengapa, bagaimana, dan kapan tahapan Pemilihan. Belum lagi pengetahuan dasar terkait regulasi yang selalu berubah menjelang Pemilihan terkait larangan dan sanksi yang menyertainya yang belum tersosialisasikan dengan baik. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Wanita sebagai subyek utama pencetak generasi penerus bangsa, pengatur kesejahteraan keluarga, dan yang memiliki berbagai fungsi sosial memegang peran yang maha penting pada setiap pemilihan. Kemampuan intuisi dan komunikatifnya sangat bermanfaat untuk menggerakkan sisi pengawasan di masyarakat agar bisa melahirkan pemimpin yang berkualitas dari Pemilihan yang berintegritas. Acara kemudian ditutup dengan sesi tanya-jawab interaktif dan makan siang bersama.